Beberapa tahun lalu kita akrab dengan kalimat iklan parfum berikut. Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda. Ternyata, kesan pertama yang baik akan mempengaruhi persepsi secara keseluruhan.
Dalam psikologi, istilah ini disebut sebagai Efek Halo. Efek Halo pertama kali diidentifikasi oleh Frederick L. Wells (1907) dan didefinisikan melalui penelitian empiris oleh Edward Thorndike (1920).
Thorndike mendefinisikan Efek Halo sebagai bias kognitif tertentu dimana salah satu aspek personal, brand, produk atau institusi mempengaruhi pikiran atau penilaian seseorang terhadap aspek atau dimensi yang lain.
Contoh-contoh berikut akan memperjelas pemahaman kita tentang konsep ini.
Seorang guru Matematika mengagumi kemampuan siswa baru yang menjuarai lomba puisi. Tugas-tugas yang dikumpulkan oleh siswa ini lengkap. Tutur katanya sopan. Hasil ujian Matematika siswa ini biasa saja. Sekitar 70 – 80. Namun, guru ini akhirnya memberi nilai 95 pada rapor siswa ini. Penilaian guru tersebut menjadi bias karena kesan pertama terhadap prestasi lomba puisi siswa tersebut.
Pernahkan kalian para gadis muda terpesona dengan lelaki yang cool dan tenang? Biasanya, apapun yang dilakukan lelaki ini akan selalu benar dan didukung. Lelaki tersebut juga dianggap memiliki sifat yang baik, bertanggung jawab, murah hati, cinta keluarga, dan sifat-sifat baik lainnya.
Meskipun bias seperti ini rawan menyesatkan penilaian kita, Efek Halo bisa dimanfaatkan dalam bidang-bidang tertentu kehidupan.
Kesulitan dalam memasarkan produk dapat diatasi dengan memasang bintang iklan (endorser) yang sedang naik daun. Penampilan kita yang rapi, sopan, tata rias menarik, dan wangi bisa menambah peluang kita lolos wawancara kerja.
Bersikap baik, ramah, dan memberi oleh-oleh kepada calon mertua akan meningkatkan peluang kita diterima sebagai menantu.
Paham, kan?
Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Halo_effect
Author : David Ezra Kurniawan, S.Si.