tidak enakan

Buat Kamu Yang Sering Merasa Tidak Enakan, Ini Cara Mengatasinya!

Hai,, untuk kalian yang menyempatkan waktu untuk membaca artikel ini! perkenalkan, saya Ima, salah satu penulis pemula di SMK 1 Pancasila Ambulu, yang masih berjuang di kelas sebelas!

Jujur, di usia kita yang masih terbilang labil, penting sekali untuk me-manage waktu supaya berbagai pekerjaan bisa selesai tepat waktu. Tapi, biasanya ada saja teman yang kerap kali meminta kita untuk membantu menyelesaikan pekerjaannya. Tidak salah, sih, tapi kalian bias menyimak percakapan ini.

A          : Beb, bantuin aku ngerjain tugas sekarang banget, bisa kali?

B          : (Aduh, tugas jurnal keuangan belum selesai, Naskah Film minta revisi, deadline Artikel Bahasa Indonesia nanti sore, mau beli makanan kucing juga lagi!)Bisa.

A          : Emang paling bisa diandelin dah kamu!

B          : (Menghela nafas) Okey, aku kesana sekarang, ya..

Source: Google

Cerita di atas merupakan salah satu contoh kasus yang umum sekali didengar. Kasus seperti itu bisa juga berdampak ke hal lain, lho. Misalnya, cerita ketika kamu memberi pinjaman  uang ke teman kamu, tapi sebenarnya uang itu harus kamu pergunakan untuk membeli bensin motor yang sudah kosong.

Nah, mungkin cerita-cerita tadi bisa menggambarkan sebuah habittidak enakan, baik ke teman atau bahkan saudara kamu. Tapi, kamu tahu? Kebiasaan ini bisa membuat kamu berpotensi jatuh ke dalam suatu gejala bernama people pleaser alias “si tukang nge-iya-in”.

Source: Google

Apa itu people pleaser?

Mungkin istilah ini jarang didengar di telinga banyak orang. Namun, jika kamu pernah menemui seseorang yang tidak pernah bilang no” setiap diminta bantuan, pasti langsung menagkap artinya, kan?

Yap, people pleaser adalah situasi di mana seseorang rela melakukan apapun agar dapat diterima atau diakui oleh orang lain. Sementara tujuannya sendiri bermacam-macam, salah satunya agar seseorang terhindar dari segala konflik dalam hidupnya. Bahkan ada lho penelitian yang membahas tentang sifat ini. Misalnya studi yang dilakukan oleh Profesor Manajemen dan Human Resources, Robert Giacalonemenjelaskan bahwa seseorang berusaha membuat orang lain senang demi mendapatkan kesan yang baik untuk dirinya sendiri.

Biasanya, sifat tidak enakan bisa kamu lakukan pada seseorang yang rela tampil kompeten di depan orang lain, sampai tergerak untuk memenuhi semua kebutuhannya. Sejauh ini, sih, kedengarannya suatu hal yang positif karena membantu orang pun sama dengan nambah pahala juga, kan? Nah, tapi bukan sekadar masalah kebaikannya, ternyata sikap seperti ini bisa berdampak buruk bagi produktivitas kamu, kenapa?

Bayangkan saja, jika setiap waktu kamu susah sekali untuk menolak permintaan teman kamu. Maka yang ada malah bisa menjadi domino effect untuk diri kamu sendiri. Misalnya prioritas rencana kamu malah jadi berantakan, sampai akhirnya kamu punya pola produktivitas yang tidak sehat atau abai dengan diri sendiri. Eits, biar lebih jelasnya lebih baik kita cari tahu lebih lanjut, yuk!

Kenapa kita bisa jadi seorang yang gak enakan? Ini penyebab dan cara mengatasinya!

1. Takut akan penolakan

Source: Google

Salah satu tanda bahwa kamu berada dalam situasi tidak enakan adalah ketika kamu takut ditolak oleh teman satu circle. Padahal, penelitian menyebutkan bahwa itu hanya asumsi dari sudut pandang negatif kamu. Asumsi itu biasanya datang berupa kalimat-kalimat bernada pesimis.

“Duh, kalau aku gak lakuin yang apa dia mau, nanti dia gak akan temenan sama aku lagi.”

Akibatnya, pada titik itu kamu jadi tergerak untuk peduli dan menyenangkan orang lain demii kebutuhan kamu sendiri.

2. Takut untuk gagal

Source: Google

Well, siapa sih yang tidak pernah mengalami kegagalan? Semua orang tentu ada saatnya gagal, terutama penulis sendiri yang pernah gagal di percobaan pertama ketika menulis sebuah naskah film pendek. Semua manusia di dunia ini tak luput dari kegagalan maupun kesalahan, bukan?

Takut gagal itu hal yang wajar, namuni berbeda ketika kamu punya sifat Tidak enakan. Biasanya sifat seperti ini, cenderung membuatmu khawatir berlebih karena takut akan mengecewakan orang lain di sekitar kamu.

Mungkin ini biasa dirasakan kalau kamu adalah seseorang yang perfeksionis. Jadi dalam kasus ini, kamu ingin terlihat sempurna di hadapan orang lain yang seharusnya tidak perlu dikhawatirkan sedari awal. Maka dari itu, jangan sampai kamu bergantung dengan ekspektasi orang lain. Lantas, bagaimana cara menghilangkan sifat tidak enakan?

Source: Google

Naah, Setelah kamu tahu kenapa kamu bisa menjadi pribadi yang tidak mudah menolak sesuatu, tentu kamu ingin sifat itu hilang sedikit demi sedikit dalam diri Kamu. Maka dari itu,  simak tips-tips berikut untuk menghilangkan sifat tidak enakan yang telah aku ambil dari beberapa artikel jurnal.

1. Belajar membuat batasan

Berdasarkan salah satu artikel jurnal yang telah penulis baca dan pahami, hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah sadar akan batasan yang kamu miliki. Dengan kamu bisa menetapkan hal itu, kamu tentu dapat melakukan kebaikan dengan tujuan yang jelas. Jadi, ketika kamu bisa bilang yesuntuk hal yang benar-benar wajib kamu bantu. Begitupun sebaliknya, kamu bilang no ketika kamu merasa tidak mampu melakukannya.

Untuk bisa sadar ketika memberikan jawaban yes atau no dalam diri kamu. Sungguhan harus menggunakan sebuah kemantapan hati. Kamu harus bisa tega kepada diri kamu sendiri. Kedepannya, coba tanyakan terlebih dulu pada diri sendiri, apa yang sebenarnya diinginkan oleh kamu?

“Apakah kalau aku bantu, energi aku bakal terkuras banyak? Atau malah aku lebih happy dengan aku bantu ngerjain hal ini?”

Pada akhirnya, mungkin sulit untuk mengimplementasikan batasan itu sendiri, tapi kamu bisa mulai dengan memahami diri sendiri dengan dasar kemauan di sela kesibukan kamu kedepannya. Jangan sampai tubuh dan tanggung jawab kamu ditentukan oleh orang lain, ya. Itu namanya kamu dijadikan ketergantungan oleh orang lain!

2. Tentukan prioritas

Awal mula kamu menjadi orang yang tidak enakan adalah dengan kamu mengabaikan dirii sendiri. Hal itu tentu merubah produktivitas kamu menjadi berantakan, sebab belum mampu menentukan prioritas.

Semisal, penulis mengambil contoh ketika kamu sudah bersusah payah menabung untuk membeli handphone terbaru, tapi ternyata ada salah seorang teman dekat kamu yang menawarkan skincare promo dengan harga lumayan terjangkau. Jadi, handphone yang awalnya jadi acuan kamu untuk menabung, malah dikesampingkan karena kamu tidak bisa menolak tawaran teman dekat kamu.

Nah, yang sekarang kamu butuhkan adalah memiliki mindset “prioritas”. Jika memang ada barang yang tidak terlalu dibutuhkan sekarang, kenapa harus dibeli duluan? Toh, kamu juga tidak tahu kapan tepatnya barang itu bisa berguna. Oleh karenanya, kamu harus mempertimbangkan setiap keputusan, ya!

3. Melakukan komunikasi asertif

Menurut penulis, poin ini sangat bersinggungan dengan kultur Satu Persen yang menjelaskan kalau kita harus hidup dengan jujur dan open minded. Satu Persen mengajarkan bahwa tidak ada hal yang tidak enak untuk diucapkan selama hal yang kamu lontarkan itu benar adanya. Mungkin ada kalanya kamu untuk berpendapat karena takut ditolak atau takut dikritik. It’s okay, yang sekarang kamu harus lakukan adalah buang anggapan jika pendapat yang tidak sesuai akan membawa kamu ke suatu konflik permasalahan.

Lantas, bagaimana caranya supaya pendapat kita tidak membuahkan konflik?

Kamu dapat membuka percakapan dengan cara melakukan komunikasi asertif. Dengan cara ini, kamu harus bisa untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan untuk tetap bersikap netral tanpa terlalu melukai orang yang kamu ajak berkomunikasi.Tapii ingat, pendapat semua orang itu sama pentingnya dengan pendapat kamu. Jadi, kamu juga harus bisa bersikap terbuka supaya komunikasi yang kamu lakukan membuahkan hasil seperti apa yang telah kamu rencanakan diawal.

4. Menerima bahwa dunia tidak adil

Seperti yang telah penulis ulas sebelumnya, habit merasa tidak enakan ini bisa dijadikan peluang orang lain untuk memanfaatkan kita sebaik mungkin. Posisi manusia seperti itu rentan di dunia yang keras ini. Bahkan, bisa lebih dari wajar jika kamu bertemu dengan orang yang eksploratif. Akan tetapi, semua itu bisa kamu kendalikan dengan memiliki mindset, bahwa kamu tidak bisa membahagiakan semua orang.

Mindset seperti itu sangat dibutuhkan, agar kamu tidak melakukan segala halnya seorang diri. Meskipun, setiap individu memiliki keunikan dan kemampuan masing-masing, khususnya kemampuan untuk membantu seseorang. Tapi, kembali saja kepada realita.

5. Bersikaplah tegas pada keputusan yang kamu ambil

Cobalah bersikap tegas terhadap semua keputusan yang kamu ambil. Dengan begitu kamu akan semakin paham kapan kamu harus mengatakan iya dan tidak terhadap permintaan orang lain.

6. Ucapkan terima kasih sebagai bentuk penghargaan meski menolak ajakannya

Terakhir, jangan lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah kamu tolak ajakan atau permintaannya. Selain sebagai bentuk penghargaan, ucapan terima kasih tersebut akan membuatmu lebih nyaman meski kamu telah menolak ajakannya. Maka darii itu, amatlah penting untuk kamu jujur terhadap diri sendiri, dan tidak asal menerima perkataan orang lain. Sebab:

Di hidup kamu, pemeran utamanya adalah kamu!

Akhir kata, tentu penulis ingin beberapa tips yang telah diulas dapat berguna dan ada benefit tersendiri untuk siapapun yang telah meluangkan waktunya untuk membaca, memahami, dan mencoba lebih baik lagi untuk mengutamakan diri sendiri dimasa mendatang.

Semoga membantu, sampai jumpa di artikel berikutnya!

Referensi:

Jack, P. (April 20, 2020). How to Stop Being a People Pleaser. Retrieved on September 23, 2021 fromhttps://www.psychologytoday.com/intl/blog/women-autism-spectrum-disorder/202004/how-stop-being-people-pleaser

Rosenfeld, P., Giacalone, R. A., & Riordan, C. A. (1995). Impression management in organizations. London: Routledge. Fromhttps://www.routledge.com/Impression-Management-in-the-Organization/Giacalone-Rosenfeld/p/book/9780805800883

Shapiro, J. R., Baldwin, M., Williams, A. M., & Trawalter, S. (2011). The company you keep: Fear of rejection in intergroup interaction. Journal of Experimental Social Psychology47(1), 221–227.https://doi.org/10.1016/j.jesp.2010.10.006

Tal-Or, N. (2010). Indirect Ingratiation: Pleasing People by Associating Them with Successful Others and by Praising Their Associates. Human Communication Research, 36(2), 163–189. https://doi.org/10.1111/j.1468-2958.2010.01372.x

Watt, L. (AUGUST 21, 2021). Future-Faking People-Pleasers. Retrieved on September 23, 2021 fromhttps://louisawatt.com/2021/08/21/future-faking-people-pleasers/

Widyastuti, T., Pariwisata, A., Bandung, B., Sekolah, J., No, I., & Bandung, A. (2017). Widya Cipta Vol I NoI(1), 1–7.

Author: Siti Halimatus Sa’diyah (XI AKL 3)

Editor: Friska Marlia Sukaro Putri, S.Pd