Cinta itu dusta. Cintamu padaku dusta.
“Cintamu ada dalam mimpi.” Itu juga dusta.
Tak mungkin aku memimpikanmu. Aku insomnia.
Tiga baris kalimat di atas adalah terjemahan dari puisi terkenal Korea berbentuk sijo yang muncul dalam film Love, Lies (2016).
Sijo adalah puisi dengan bentuk terikat. Artinya, kata-kata dalam sijo dibatasi oleh aturan tertentu. Batas-batas tersebut bertujuan untuk membuat kreativitas kita makin muncul dan membuat puisi yang dihasilkan makin asyik.
Baris pertama terdiri atas 14 atau 15 suku kata. Kata seperti “cin – ta” memiliki 2 suku kata. Mudah, kan. Coba kita hitung banyaknya suku kata kalimat berikut :
Kakiku rata penuh karat.
Fungsi dari baris pertama adalah untuk menyatakan premis awal.
Berikutnya, dilanjutkan oleh premis kedua yang biasanya menguatkan pernyataan pada premis pertama. Kalimat pada baris kedua ini juga berkisar 14 atau 15 suku kata.
Terakhir, sijo ditutup oleh pernyataan yang berperan sebagai kesimpulan. Selain itu, baris terakhir ini boleh bersifat mempertentangkan atau kejutan (twist). Pada rangkaian kata terakhir ini, penyair boleh menulis hingga 16 suku kata.
Sudah siap mencoba?
Beberapa sijo yang saya tulis di bawah ini mungkin bisa mendorong pembaca semua untuk mulai menyukai jenis puisi ini.
Ingin Mati
Luka yang tak diobati akan sulit sembuh
Taburan garam membuatnya semakin perih
Aku luka, kamu garam, maut penawarnya
D.E. Kurniawan
Perihnya Rindu
Luka yang tergores itu, kelak akan sembuh.
Sembuh dan membekas, aku menamainya : rindu.
Rindu yang mungkin terasa manis, namun juga perih.
D.E. Kurniawan
Darah dan Air Mata
Darah dan air mata ditakdirkan bersama
Wajahku penuh darah, wajahmu air mata
Aku yang berdarah, mengapa engkau yang menangis?
D.E. Kurniawan
Cinta Lalu
Aku ingin mencintaimu seperti dulu
Ketika rasa tidak diukur dengan angka
dan rinduku tidak harus diungkapkan lewat kata
D.E. Kurniawan
Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Sijo
Author: David Ezra Kurniawan, S.Si